Ayah
Ayahku bernama Jalaludin. Ia lahir di Desa Semperiuk.B pada tanggal 24 November 1967. Ia merupakan putra dari pasangan Mani dan Sintan. Ayah merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Ia memiliki kulit yang sawo matang, wajah oval serta hidung yang mancung. Ia juga memiliki postur tubuh yang tinggi dengan rambut yang hitam. Ayah dilahirkan sebagai anak petani. Sebagai anak petani, sehabis pulang sekolah ia membantu kakek dan nenek di sawah. Saat di sawah ia sangat senang karena disana ia bisa bermain air dan lumpur, menangkap belalang serta menangkap anak katak untuk umpan memancing ikan gabus.
Ayah memulai pendidikannya di SDN 1 Semperiuk.B. Ia pergi ke sekolah berjalan kaki bersama teman-temannya. Ayah memiiki hobi membaca. Dengan hobi tersebut ia selalu berprestasi di sekolahnya. Ia tamat SD pada tahun 1983. Untuk mewujudkan cita-citanya, ayah melanjutkan pendidikannya di SMP PGRI 9 Semperiuk.B. Ia pergi ke sekolah menggunakan sepeda. Saat di SMP tersebut, ayah juga merupakan siswa yang berprestasi. Ia tamat SMP pada tahun 1986. Kemudian ayah melanjutkan pendidikannya di PGAN Singkawang. PGAN tersebut terletak di daerah Sekip Lama. Saat di Singkawang, ayah tinggal di kontrakan bersama 6 orang temannya. Sebagai anak kontarakan, ayah di latih untuk mandiri dan berhemat. Ia pergi ke sekolah menggunakan sepeda. Jarak dari kontrakan ayah ke sekolah lumayan dekat. Sekitar 15 menit mengayuh sepedanya, ia pun akhirnya sampai di sekolah tersebut. Saat di PGAN, ayah juga merupakan siswa yang berprestasi. Ia biasanya pulang kampung sekitar 3 bulan sekali menggunakan oplet. Ayah tamat PGAN pada tahun 1989.
Dengan latar belakang PGAN, pada tahun 1990 ayah menjadi guru honorer di MTS Yaski Sarilaba. B dan di SMP PGRI Semperiuk. B. Sambil menjadi guru honorer, pada tahun 1998 ayah melanjutkan kuliah penyetaraan D2 PAI di STAIN Pontianak dan tamat pada tahun 2000. Pada tahun 2001 ayah menikah dengan perempuan yang sangat cantik yaitu ibuku. Ibuku bernama Rusiani. Mereka sama-sama menjadi guru honorer di MTS Yaski Sarilaba. B dan disitulah tempat ayah dan ibuku bertemu. Sajak menikah, ayah tinggal di Desa Sarilaba.A tempat dimana ibuku tinggal dan dibesarkan.
Pada tahun 2002, ketika mendengar pengumuman bahwa ada penerimaan guru bantu di Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas, ayah dan ibuku ikut mendaftar dan mengikuti tes. Alhamdulillah mereka lulus dan mendapat SK Guru Bantu. Ayah mendapat tugas di SDN 36 Sarilaba. B sedangkan ibu mendapat tugas di SDN 24 Sarilaba.A. Meskipun sudah menjadi guru bantu, di sore harinya ayah tetap mengajar di MTS Yaski Sarilaba. B. Kendaraan yang dipakai ayahku saat pergi ke sekolah adalah sebuah sepeda. Dengan susah payah ayah mengayuh sepeda tersebut sehingga keringatnya bercucuran dengan sangat deras. Jika masuk musim hujan, jalan menuju ke sekolah sangat becek dan pastinya sangat sulit untuk di lalui. Dapat kubayangkan betapa besar pengorbanannya untuk menafkahi kami sekeluarga. Selain menjadi guru honorer dan guru bantu, ayah juga menanam padi di sawah. Dengan begitu, ayah bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun itu juga, ibu melahirkan bayi perempuan pertamanya yaitu aku. Sejak saat itu resmilah ayahku menjadi seorang ayah dan bertambahlah tanggung jawabnya.
Pada tahun 2003 tabungan ayahku akhirnya bisa terkumpul untuk membeli sebuah sepeda motor. Dengan sepeda motor tersebut dapat meringankan beban ayah karena ia tidak perlu capek-capek lagi mengayuh sepedanya. Pada tahun 2005, ayah mendaftar menjadi CPNS Guru PAI Kemenag dan alhamdulillah ia lulus. Ayah mendapat SK di SDN 6 Nyiur Melambai. Walaupun telah menjadi PNS, pada sore harinya ayah masih menjadi pengajar di MTS Yaski Sarilaba. B hingga tahun 2010.
Pada tahun 2009, ibuku juga diangkat menjadi PNS dan mendapat SK di SDN 13 Sarilaba. A. Pada tahun itu ibu melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Nurul Islami dan hasil dari jerih payah ayah dan ibuku akhirnya membuahkan hasil. Tabungan mereka terkumpul untuk membangun sebuah rumah yang hingga saat ini masih kami tempati. Pada tahun itu juga ayah melanjutkan pendidikan S1 PAI di STAIS Sambas setiap hari minggu dan pada tahun 2012 ia menyelesaikan kuliahnya dan wisuda.
Pada tahun 2013, ibu melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Husna Aulia. Sehingga anak ayah menjadi 3 orang putri yang cantik-cantik. Pada tahun 2014, untuk meningkatkan profesi guru, ayah mengikuti pelatihan PLPG di Pontianak selama 12 hari dan akhirnya ia pun mendapatkan sertifikat pendidik. Sebagai PNS kemenag, setiap bulan ayah pergi ke kantor kemenag yang ada di Sambas untuk mengirim laporan bulanan.
Pada tahun 2019, seperti biasa ayah berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor kesayangannya. Ia melewati jalan-jalan desa yang ada kalanya berpapasan dengan orang yang selalu ramah kepadanya dan itu merupakan suatu tradisi masyarakat di desa. Di tengah perjalanan, ayah mengalami musibah. Ketika mengendari sepeda motor kesayangannya, tiba-tiba muncul percikan api. Untung saja ayah cepat turun dari sepeda motor tersebut. Saat ia sudah turun dari motor tersebut, tiba-tiba api pun membesar dan menyebabkan motor tersebut terbakar. Untung saja ada masyarakat yang membantunya memadamkan api. Tak lama kemudian api tersebut pun padam. Karena ayah memiliki tanggug jawab yang besar untuk melaksanakan tugasnya, ia masih pergi ke sekolah dengan menumpang kepada orang lain. Setibanya di sekolah, ia disambut dengan ceria oleh siswa-siswanya karena ayah memiliki sikap yang ramah dan jarang sekali marah. Di desa, ayah termasuk tokoh masyarakat di bidang agama. Ia sering mendapat tugas menjadi khatib dan imam shalat jum'at
Pada tahun 2020 di masa pandemi covid-19, kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan sistem daring. Karena daring, ayah melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan aplikasi whatsapp. Di sore harinya ayah pergi ke kebun kelapa, jeruk, dan bermacam buah lainnya. Saat di kebun kelapa biasanya ia memotong rumput dan memupuk kelapa. Dengan sering di beri pupuk, tanaman kelapa ayah tumbuh subur dan memiliki daun yang hijau. Beberapa batang kelapa sudah memiliki banyak buah dan tak lama lagi siap untuk di panen. Aku dan adik-adikku sering menemani ayah ke kebun kelapa untuk mengambil buah kelapa yang masih muda untuk dibuat es kopyor kelapa muda. Sesekali ia pergi ke kebun jeruk. Kebun jeruk ayah juga sangat subur karena ia selalu memberinya pupuk dan selalu menggunting ranting- ranting yang sudah tua. Ketika melihat bunga-bunga jeruk yang bermunculan, ia sangat bahagia. Rasanya jerih payah yang telah dilewatinya terasa membuahkan hasil. Hasil dari kebun-kebun tersebut membantu ayah untuk menambah penghasilan keluarga. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga terutama aku yang sedang menempuh pendidikan S1 yang memerlukan banyak biaya. Menjadi suatu kebanggaan bagiku menjadi putri dari ayah dan ibu. Terima kasih banyak atas semua pengorbanan yang telah kalian berikan. Kami sangat menyayangi kalian.